Cara dan Teknik Budidaya Padi Salibu dan Ratun

Hi farmers! Sebagai petani padi barangkali ide mengambangkan tunas baru pada tanggul batang padi sehabis panen pasti pernah terlintas. Namun, disebagian tempat itu dianggap sebagai hal aneh untuk dilakukan. Cara dan Teknik Budidaya Padi Salibu dan Ratun

Baca juga: Teknik Budidaya Sistem Tabela

Tapi, tahukan farmers! Praktik itu merupakan sistem baru yang sekarang lagi tren dan diujicoba untuk mendapat formula terbaik.

Istilahnya ratun dan salibu, dua sistem pertanian dengan menumbuhkan dan merawat kembali batang sisa panen padi, sehingga dapat memberikan tambahan produksi, menghemat waktu dan biaya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghemat waktu musim tanam akibat perubahan iklim adalah budidaya ratun atau salibu. Teknologi padi salibu dapat menghemat waktu pertanaman sekitar 40 hari dibanding dengan tanam pindah (Abdulrachman et al.,2015). Dan Budidaya padi selibu akan lebih ekonomis sekitar 45% dibanding bubidaya tanam baru, hal ini yang meningkatkan pendapatan petani.

Perbedaan Padi Ratun dan Salibu


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghemat waktu adalah mensiasatimusim dengan menggunakan sistem ratun atau salibu. Ratun atau salibu adalah tanaman yang tumbuh dari tunggul sisa pemotongan pada saat panen. 

Perbedaan keduanya adalah pada perlakuan tunggul sisa panen. Pada sistem ratun, tidak ada pemotongan tunggul lagi setelah panen, artinya batas pemitongan panen itulah awal padi ratun.

Sedangkan pada sistem salibu, tunggul dibiarkan selama 7 hari dan setelah tunas mulai tumbuh, tunggul dipotong rendah setinggi 3 cm dari permukaan tanah.

Keuntungan Padi Ratun dan Salibu



Kedua sistem budidaya ini mempunyai keuntungan yang sama, di antaranya adalah:
  • Tanpa pengolahan tanah, penyemaian dan penanaman.
  • Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit.
  • Biaya pupuk lebih sedikit.
  • Waktu panen lebih singkat.
  • Kebutuhan air irigasi lebih sedikit.
  • Biaya produksi menjadi lebih hemat.

Kelebihan Padi Salibu dibandingkan Padi Ratun

Padi salibu menghasilkan anakan lebih banyak dibanding padi ratun konvensional, ini disebabkan karena pengaruh sifat genetik dan lingkungan, seperti ketersediaan air, tingkat kesuburan tanah, sinar matahari, suhu, serta keadaan hama dan penyakit tanaman. Dari aspek fisiologi dan karakter morfologi menunjukan perakaran padi salibu lebih kuat dan luas sehingga proses penyerapan unsur hara lebih baik dibandingkan padi ratun.

Hal ini sangat berpengaruh pada jumlah anakan padi dan jumlah gabah per malai. Budidaya padi salibu dapat meningkatkan produktivitas padi per unit area dan per unit waktu, dan meningkatkan indeks panen dari sekali menjadi dua sampai tiga kali panen dalam setahun dengan hanya menanam satu kali. Jika dibandingkan dengan teknologi ratun konvensional, salibu mampu menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak dan seragam, dan produktivitas bisa sama bahkan lebih tinggi dari tanaman utamanya.

Varietas yang Cocok untuk Padi Ratun dan Salibu

Menurut study, Beberapa verietas padi yang sudah diuji dan mampu berproduksi baik untuk ditanam dengan sistem salibu seperti varietas Batang Piaman, Cisokan, Inpari 19, Inpari 21, Logawa, dan lain-lain.

Sedangkan untuk varietas padi sistem ratun yang cocok adalah Inbrida padi sawah irigasi (Inpari) 1-30 (Ciherang Sub-1), Ciherang, Mikongga, dan lain-lain. 


Cara Budiaya Padi Ratun dan Salibu


Berikut cara budidaua padi ratun dan salibu, yaitu: 

1. Budidaya Padi Ratun

Berikut langkah dan teknik budidaya padi ratun:
  • Sekitar dua minggu sebelum panen sawah dikeringkan untuk menyeragamkan kematangan malai. Untuk keperluan padi ratun, pengeringan dimaksudkan untuk memperbaiki aerasi tanah dan menekan perkembangan hama dan penyakit dalam tanah.
  • Setelah padi dipanen, sawah segera digenangi, setinggi kurang lebih 5 cm selama 2-3 hari. Kemudian air dikeluarkan lagi. Penggenangan bertujuan untuk menjaga agar tanah tetap lembab sehingga batang padi yang masih berdiri tidak kering. Jika pada saat panen air tanah masih dalam kapasitas lapang, maka tidak perlu lagi digenangi.
  • Untuk tanaman padi yang dipersiapkan untuk ratun, pemanenan dilakukan saat tangkai atau batang jerami masih hijau, bulir padi belum matang penuh dan kering. Sebaiknya pemanenan dilakukan 5 hari sebelum umur panen seperti tertera pada diskripsi varietas, karena pada kondisi seperti itu, batang padi secara fisiologis masih aktif untuk pertumbuhan anakan ratun. Jika panen terlambat dapat menyebabkan daya tumbuh tunas berkurang, dan banyak gabah yang rontok dan pada saat tumbuh nanti akan menjadi gulma.

2. Budidaya Padi Salibu

Berikut langkah dan teknik budidaya padi salibu:
  • Tanaman padi untuk program salibu, pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Segera setelah padi dipanen lahan digenangi air setinggi + 5 cm selama 2-3 hari, kemudian saluran pembuangan air dilepas kembali.
  • Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan padi.
  • Salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen.
  • Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air, maka pertahankan kondisi air di permukaan lahan dalam keadaan macak-macak, di mana saluran pemasukan dan pengeluaran air dalam keadaan tertutup.
  • Sebelum melakukan pemotongan batang, pupuk kandang diberikan pada lahan terlelbih dahulu dengan kebutuhan 1 ton/ha. Pemotongan dilakukan pada pangkal batang menggunakan mesin potong rumput dengan ketinggian + 5 cm dari permukaan tanah.
  • Setelah selesai melakukan pemotongan maka semua jerami baik sisa pemanenan ataupun bekas pemotongan batang ditabur merata di permukaan lain. Tunggul padi tidak ada yang tertutup oleh tumpukan jerami.
  • Pemangkasan batang padi harus dekat dengan tanah, agar waktu tumbuh akar ke tanah dapat langsung masuk ke tanah, pemotongan batang 3-5 cm dari permukaan tanah.
  • Sekitar 2 minggu setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar tunas muncul ke permukaan, maka dilakukan pemupukan pertama dengan cara menaburkan pupuk urea di antara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/ha.
  • Perawatan selanjutnya seperti tanaman padi pada umumnya.

Faktor Keberhasilan Sistem Padi Salibu dan Ratun


Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain;

1. Tinggi pemotongan batang sisa panen, Varietas

Sistem ratun

Menurut studi, untuk padi ratun, Genotipe memiliki respon yang berbeda terhadap tinggi pemotongan. Tinggi pemotongan 10 cm di atas permukaan tanah sesuai untuk galur uji PTB IPB106-7-47-DJ-1 dan IPB106-F-8-1, sedangkan tinggi pemotongan 20 cm dari permukaan tanah ideal untuk varietas PTB Cimelati, hibrida Hipa-5 dan Rokan (Susilawati et al., 2012).

Untuk padi ratun, tinggi pemotongan 5 cm dari permukaan tanah, dapat menurunkan hasil 12-37% dibandingkan tinggi pemotongan 15 cm (Santos et al, 2003). Pemotongan yang lebih rendah dari 20 cm mengakibatkan tunas atau anakan ratun banyak mengalami kebusukan karena tergenang air (Calendacion et al., 1992). Tinggi pemotongan yang pendek atau hanya beberapa cm di atas permukaan tanah memberikan hasil ratun yang lebih rendah. Mengurangi tinggi pemotongan akan menyebabkan umur panen lebih panjang (Begum et al., 2002).

Di sisi lain, pemotongan terlalu rendah di lahan pasang surut dapat menyebabkan banyak rumpun hilang. Pada sistem ratun, Sinaga et al. (2015) melaporkan bahwa pemotongan setinggi 3 cm atau hanya tersisa 1 buku, menyebabkan 96 % rumpun hilang dari populasi.

Sistem salibu

Namun pada sistem padi salibu, pemotongan yang paling ideal adalah 3-5cm. 

2. Pengairan

Berdasarkan study, Hasil penelitian menunjukkan bahwa Budidaya padi salibu di lahan pasang surut yang tergenang tidak menghasilkan gabah sedangkan di lahan tipe yang airnya dapat diatur. Sedangkan, budidaya padi ratun dapat dilakukan di lahan yang tergenang maupun yang airnya dapat diatur. 

3. Pemupukan.

Padi ratun ataupun salibu, dapat diberikan campuran pupuk organik dan kimia. 
Menurut study, Pemberian POC yang dikombinasikan dengan ZPT mampu memberikan pertumbuhan yang baik pada tanaman padi salibu.

Demikian artikel tentang Cara dan Teknik Budidaya Padi Salibu dan Ratun, semoga bermanfaat!



Refrensi:


Marchel Putra Garfansa, FNU Iswahyudi, Moh Ramly. 2021. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Cair dan ZPT Alami terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Salibu di Sawah Basah.
Agriprima: Journal of Applied Agricultural Sciences 5 (1), 18-24, 2021
Marsid Jahari dan Parlin H. Sinaga1. 2019. MENYIASATI PENYEMPITAN MUSIM TANAM PADI DENGAN BUDIDAYA RATUN DAN SALIBU (Overcome Limited Growing Season with Cultivation Ratoon and Salibu). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
https://smagro.co.id/




Posting Komentar untuk "Cara dan Teknik Budidaya Padi Salibu dan Ratun"